KATA PENGANTAR
Segala puji
bagi Allah ‘aza wa jala yang telah memberikan segala kemudahan sehingga makalah Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non Blok
ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Sholawat dan salam semoga
tercurahkan kepada baginda alam, suri teladan, Nabi Muhammad SAW. dan juga bagi
keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Kami menghaturkan banyak terima kasih kepada guru kami Wulan Rosidah,S.Pd.
atas bimbingan dan arahannya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak
lupa ucapan terima kasih juga kami berikan kepada rekan-rekan yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan tugas ini.
Dengan
demikian, makalah ini diharapkan menjadi bacaan yang dapat menanmbah ilmu yang
mudah dipahami, dipelajari dan semoga berguna bagi
kita semua.
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar……………………………………………………………………………………2
Daftar Isi
.........................................................................................................................................3
BAB I :
Konferensi Asia Afrika .................……………………………………………..4
A.
Sejarah Terbentuknya Konferensi Asia Afrika
..........................................4
B.
Data-data Informasi Konferensi Asia Afrika
.............................................5
C.
Rangkaian Peristiwa Konferensi Asia Afrika
............................................6
D.
Langkah Serta Hasil-hasil Yang Didapat Dalam Konferensi Asia Afrika .8
BAB II : Gerakan Non Blok ..............................................................................................11
A.
Sejarah Terbentuknya Gerakan Non Blok
................................................11
B.
Data-data Informasi Gerakan Non Blok
...................................................12
C.
Faktor-faktor Terbentuknya Gerakan Non Blok
.......................................13
D.
Tujuan Terbentuknya Gerakan Non Blok
.................................................14
E.
Prinsip-Prinsip Terbentuknya Gerakan Non Blok
....................................15
F.
Gerakan Non Blok Pada Masa Kepemimpinan Indonesia
........................16
Daftar
Pustaka……………………………………………………………………………………17
BAB I
KONFERENSI ASIA AFRIKA
A.
Sejarah Terbentuknya Konferensi Asia
Afrika
Setelah
berakhirnya perang dunia ke dua timbul dua kekuatan baru didunia, blok barat
yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan blok timur dipimpin oleh Uni Soviet.
Kedua blok ini memiliki ideology dan kepentingan yang berbeda, tiap-tiap blok
berusaha menarik negara-negara Asia dan Afrika menjadi pendukungnya. Keadaan
ini menimbulkan ketegangan dan permusuhan terselubung diantara keduanya,
keadaan ini dikenal perang dingin.
Pada tahun
1945 negara-negara Asia Afrika yang merupakan daerah jajahan bangsa Barat,
banyak berhasil memerdekakan negaranya. Walau begitu, masih banyak pula masalah
sisa penjajahan seperti Indonesia tentang Irian Barat, India dan Pakistan yang
tanahnya diduduki secara paksa oleh pasukan Israel yang dibantu oleh Amerika
Serikat. Sementara itu bangsa-bangsa didunia pun dilanda kekhawatiran akibat
pesatnya perkembangan senjata nuklir yang bisa memusnahkan umat manusia.
Walau saat itu sudah ada badan
internasional yaitu PBB yang seharusnya dapat menangani masalah-masalah dunia,
namun nyatanya belum berhasil menangani masalah tersebut. Berikut adalah
beberapa masalah yang menjadi perhatian khusus :
Masalah
Indonesia dengan Belanda karena Irian Barat.
-
Ketegangan
antara Cina dan Amerika.
-
Kolonialisme
dan pengaruh besar Perancis di Afrika Utara.
Perdebatan sengit sidang umum
konferensi juga berkisar pada masalah, apakah politik Uni Soviet di Eropa Timur
dan Asia Tengah harus dikecam sebagai sejalan dengan kolonialisme Barat? Konsensus sidang tercapai, dirangkum dalam rumusan kalimat yang
menyatakan: bahwa “kolonialisme dalam segala pernyataannya” (colonialism in all
of its manifestations) harus dikutuk. Sepatah rumusan yang secara implisit mengecam, baik Uni Soviet
maupun negara-negara Barat.
Usai
Konferensi Asia Afrika, semangat dan konsensus yang tercipta segera
ditindaklanjuti dengan diterjemahkan ke berbagai bidang yang dipandang perlu
dan bisa dilaksanakan. Maka lantas lahir berbagai gerakan Asia-Afrika, yang
menetapkan tempat kedudukannya masing-masing. Yaitu, biro solidaritas rakyat di Kairo, Republik Persatuan Arab (United Arab Republic, nama Mesir saat itu), wakil Indonesia
di sini Ibrahim Isa; biro pengarang di
Kolombo, Srilangka, wakil Indonesia Rivai Apin / Setiawan Hs; biro wartawan di Jakarta, Indonesia, wakil Indonesia
Joesoef Isak; biro ahli hukum di
Konakri, Guinea, wakil Indonesia Wiyanto SH; biro ekonomi, juga di Kolombo, wakil Indonesia Ridwan
Basyar. Masih ada satu biro lagi yang masih dalam proses penjajakan tapi urung
berdiri, yaitu biro buruh yang
agaknya direncanakan juga di Kolombo, karena mengingat besarnya pengaruh
organisasi buruh perkebunan (yang bersemangat tinggi “anti-remo”) di bawah
pimpinan N. Sanmugathasan. Pada sidang-sidang pendahuluan biro buruh ini,
Indonesia diwakili oleh Achadiat dari Denas Sobsi (Dewan Nasional Serikat
Organisasi Buruh Seluruh Indonesia).
B.
Data-data Informasi Konferensi Asia Afrika
-
Waktu : 18 – 24 april 1955
-
Tempat : Gedung Merdeka, Bandung,
Indonesia
-
Penyelenggara : Indonesia, Myanmar, Sri Langka, India,
Pakistan
-
Pemprakarsa :
1.
Indonesia
(Ali Sastroamidjojo)
2.
Burma ( U Nu)
3.
India
(Pandit Jawaharlal Nehru)
4.
Pakistan
( Mohammad Ali)
5.
Srilangka
( Sir John Kotelawala)
-
Peserta :
·
Indonesia
·
Afganistan
·
Kamboja
·
Republik
Rakyat Cina
·
Mesir
·
Ethiopia
·
India
·
Filipina
·
Birma
·
Pakistan
·
Srilangka
·
Vietnam
Utara
·
Vietnam
Selatan
·
Saudi
Arabia
·
Yaman
·
Syiria
·
Thailand
·
Truki
·
Iran
·
Irak
·
Sudan
·
Laos
·
Libanon
·
Liberia
·
Libya
·
Ghana
·
Nepal
·
Yordania
·
Jepang
C.
Rangkaian Peristiwa Konferensi Asia
Afrika
·
23 Agustus 1953 - Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo(Indonesia) di Dewan Perwakilan
Rakyat Sementara
mengusulkan perlunya kerjasama antara negara-negara di Asia dan Afrika dalam
perdamaian dunia.
·
9 – 22 april 1954 (PERTEMUAN
TUGU)
Wisma
Tugu, Puncak, Jawa Barat.
Pada awal tahun 1954, Perdana
Menteri Ceylon, Sir John Kotelawala, mengundang para perdana menteri dari Birma
(U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan
(Mohammed Ali) dengan maksud mengadakan suatu pertemuan informal di negaranya.
Undangan tersebut diterima baik oleh semua pemimpin pemerintah negara tersebut.
Pada kesempatan itu, Presiden Indonesia, Soekarno, menekankan kepada Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, untuk menyampaikan ide diadakannya Konferensi Asia Afrika pada pertemuan Konferensi Kolombo tersebut. Beliau menyatakan bahwa hal ini merupakan cita-cita bersama selama hampir 30 tahun telah didengungkan untuk membangun solidaritas Asia Afrika dan telah dilakukan melalui pergerakan nasional melawan penjajahan.
Pada kesempatan itu, Presiden Indonesia, Soekarno, menekankan kepada Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, untuk menyampaikan ide diadakannya Konferensi Asia Afrika pada pertemuan Konferensi Kolombo tersebut. Beliau menyatakan bahwa hal ini merupakan cita-cita bersama selama hampir 30 tahun telah didengungkan untuk membangun solidaritas Asia Afrika dan telah dilakukan melalui pergerakan nasional melawan penjajahan.
Sehubungan dengan diundangnya
Indonesia oleh Perdana Menteri Ceylon, maka Pemerintah Indonesia mengadakan
suatu pertemuan yang dihadiri oleh para kepala perwakilan Indonesia di Asia,
Afrika, dan Pasifik, bertempat di Wisma Tugu, Puncak, Jawa Barat. Pertemuan ini diketuai oleh Menteri
Luar Negeri Indonesia, Sunario, membahas rumusan-rumusan yang akan menjadi
bahan bagi Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dalam forum Konferensi Kolombo,
sebagai dasar usulan Indonesia untuk meluaskan gagasan kerja sama regional di
tingkat Asia Afrika.
Rumusan hasil Pertemuan Tugu :
1. Menolak pembentukan dua blok di dunia : Blok Barat dan Blok Timur, serta menolak ikut serta dalam aktivitas dua kekuatan besar tersebut;
1. Menolak pembentukan dua blok di dunia : Blok Barat dan Blok Timur, serta menolak ikut serta dalam aktivitas dua kekuatan besar tersebut;
2. Mengusulkan untuk membentuk
kelompok yang memperjuangkan kemerdekaan dan kemakmuran dalam sebuah kerja sama
yang didasari oleh kepentingan bersama untuk melawan kekuatan imperialis-kolonialis;
3. Mengusahakan terselenggaranya konferensi anti imperialis-kolonialis;
4. Meyakinkan peserta untuk memperhatikan sikap politik dunia dan kerja sama Asia Afrika;
5. Membawa kebijakan luar negeri yang bebas aktif dan kebijakan bertetangga baik.
3. Mengusahakan terselenggaranya konferensi anti imperialis-kolonialis;
4. Meyakinkan peserta untuk memperhatikan sikap politik dunia dan kerja sama Asia Afrika;
5. Membawa kebijakan luar negeri yang bebas aktif dan kebijakan bertetangga baik.
·
28
April – 2 Mei 1954 (KONFERENSI KOLOMBO)
Kolombo
Gedung
Parliament Ceylon, tempat berlangsungnya Konferensi Kolombo
Konferensi Kolombo diselenggarakan atas inisiatif Perdana Menteri Ceylon (Sir John Kotelawala), dan dihadiri oleh Perdana Menteri Birma (U Nu), Perdana Menteri India (Jawaharlal Nehru), Perdana Menteri Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Perdana Menteri Pakistan (Mohammed Ali). Konferensi tersebut berlangsung di Kolombo. Sir John Kotelawala pada pembukaan Konferensi Kolombo menyatakan bahwa tidak ada agenda formal yang disiapkan untuk konferensi ini, tetapi ada beberapa masalah penting dan cukup mendesak yang perlu dibicarakan. Dalam konferensi ini Indonesia memberikan usulan perlunya adanya Konferensi Asia-Afrika.
Konferensi Kolombo diselenggarakan atas inisiatif Perdana Menteri Ceylon (Sir John Kotelawala), dan dihadiri oleh Perdana Menteri Birma (U Nu), Perdana Menteri India (Jawaharlal Nehru), Perdana Menteri Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Perdana Menteri Pakistan (Mohammed Ali). Konferensi tersebut berlangsung di Kolombo. Sir John Kotelawala pada pembukaan Konferensi Kolombo menyatakan bahwa tidak ada agenda formal yang disiapkan untuk konferensi ini, tetapi ada beberapa masalah penting dan cukup mendesak yang perlu dibicarakan. Dalam konferensi ini Indonesia memberikan usulan perlunya adanya Konferensi Asia-Afrika.
Masalah yang dimaksud diantaranya:
1. konflik Indo-China yang mengancam keamanan dan perdamaian
di Asia dan di seluruh dunia;
2. agresi komunis internasional di Asia;
3. persoalan kolonialisme di berbagai belahan dunia;
4. perlombaan senjata yang mengancam penghancuran secara masal.
2. agresi komunis internasional di Asia;
3. persoalan kolonialisme di berbagai belahan dunia;
4. perlombaan senjata yang mengancam penghancuran secara masal.
·
25 April–2 Mei 1954 - Berlangsung Persidangan Kolombo di Sri Lanka. Hadir dalam pertemuan tersebut para pemimpin
dari India, Pakistan, Burma (sekarang Myanmar), dan Indonesia.
Bogor
Istana Bogor, tempat pertemuan
Lima Perdana Menteri Negar Sponsor Konferensi Asia Afrika
Pemerintah Indonesia mengadakan penjajagan ke berbagai negara di Asia dan Afrika. Dari 14 negara yang dijajagi, 12 negara telah memberikan jawaban positif. Mereka setuju konferensi diselenggarakan di Indonesia dan dalam waktu secepatnya. Atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para perdana menteri peserta Konferensi Kolombo (Birma, Ceylon, India, Indonesia, dan Pakistan) mengadakan pertemuan di Bogor. Konferensi Bogor membicarakan persiapan konferensi Asia Afrika. Konferensi tersebut berhasil merumuskan kesepakatan tentang tujuan, waktu, tingkat delegasi yang diminta hadir, agenda, dan negara yang diundang dalam konferensi Asia Afrika.
Pemerintah Indonesia mengadakan penjajagan ke berbagai negara di Asia dan Afrika. Dari 14 negara yang dijajagi, 12 negara telah memberikan jawaban positif. Mereka setuju konferensi diselenggarakan di Indonesia dan dalam waktu secepatnya. Atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para perdana menteri peserta Konferensi Kolombo (Birma, Ceylon, India, Indonesia, dan Pakistan) mengadakan pertemuan di Bogor. Konferensi Bogor membicarakan persiapan konferensi Asia Afrika. Konferensi tersebut berhasil merumuskan kesepakatan tentang tujuan, waktu, tingkat delegasi yang diminta hadir, agenda, dan negara yang diundang dalam konferensi Asia Afrika.
Kelima negara peserta Konferensi Bogor menjadi sponsor dan
Indonesia dipilih menjadi tuan rumah pada Konferensi Asia Afrika. Ditetapkan
pula Konferensi Asia Afrika akan berlangsung pada akhir minggu bulan April
tahun 1955. Soekarno menunjuk Kota Bandung sebagai tempat berlangsungnya konferensi
tersebut.
·
18–24 April 1955 - Konferensi Asia-Afrika berlangsung di
Gedung Merdeka, Bandung. Persidangan ini diresmikan
oleh Presiden Soekarno dan
diketuai oleh PM Ali Sastroamidjojo. Hasil dari persidangan ini berupa
persetujuan yang dikenal dengan Dasasila Bandung.
D.
Langkah Serta Hasil-hasil Yang Didapat
Dalam Konferensi Asia Afrika
Langkah bersejarah delegasi
Indonesia
Sekitar pukul 08.30 WIB, para delegasi dari berbagai
negara berjalan meninggalkan Hotel Homann dan Hotel Preanger menuju Gedung
Merdeka secara berkelompok untuk menghadiri pembukaan Konferensi Asia Afrika.
Banyak di antara mereka memakai pakaian nasional masing-masing yang beraneka
corak dan warna. Mereka disambut hangat oleh rakyat yang berderet di sepanjang
Jalan Asia Afrika dengan tepuk tangan dan sorak sorai riang gembira. Perjalanan
para delegasi dari Hotel Homann dan Hotel Preanger ini kemudian dikenal dengan
nama “Langkah Bersejarah” (The Bandung Walks). Kira-kira pukul 09.00 WIB, semua
delegasi masuk ke dalam Gedung Merdeka. Tidak lama kemudian rombongan
Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta, tiba di
depan Gedung Merdeka dan disambut oleh rakyat dengan sorak-sorai dan pekik
"merdeka". Di depan pintu gerbang Gedung Merdeka kedua pemimpin
Pemerintah Indonesia itu disambut oleh lima perdana menteri negara sponsor.
Presiden Indonesia, Soekarno, menyampaikan pidato
Pembukaan Konferensi Asia Afrika, 18
April 1955 Pada pukul 10.20 WIB setelah diperdengarkan lagu kebangsaan
Indonesia : "Indonesia Raya", Presiden Indonesia, Soekarno,
mengucapkan pidato pembukaan yang berjudul "Let a New Asia And a New
Africa be Born" (Mari Kita Lahirkan Asia Baru dan Afrika Baru). Dalam
kesempatan tersebut Presiden Soekarno menyatakan bahwa kita, peserta
konferensi, berasal dari kebangsaan yang berlainan, begitu pula latar belakang
sosial dan budaya, agama, sistem politik, bahkan warna kulit pun berbeda-beda,
namun kita dapat bersatu, dipersatukan oleh pengalaman pahit yang sama akibat
kolonialisme, oleh ketetapan hati yang sama dalam usaha mempertahankan dan
memperkokoh perdamaian dunia. Pada bagian akhir pidatonya beliau mengatakan
:Saya berharap konferensi ini akan menegaskan kenyataan, bahwa kita,
pemimpin-pemimpin Asia dan Afrika, mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat
menjadi sejahtera, apabila mereka bersatu, dan bahkan keamanan seluruh dunia
tanpa persatuan Asia Afrika tidak akan terjamin. Saya harap konferensi ini akan
memberikan pedoman kepada umat manusia, akan menunjukkan kepada umat manusia
jalan yang harus ditempuhnya untuk mencapai keselamatan dan perdamaian. Saya
berharap, bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia dan Afrika telah lahir
kembali.
Pidato tersebut berhasil menarik perhatian dan
mempengaruhi hadirin yang dibuktikan dengan adanya usul Perdana Menteri India
dan didukung oleh semua peserta konferensi untuk mengirimkan pesan ucapan
terimakasih kepada presiden atas pidato pembukaannya. Pada pukul 10.45 WIB.,
Presiden Indonesia, Soekarno, mengakhiri pidatonya, dan selanjutnya sidang
dibuka kembali. Secara aklamasi, Perdana Menteri Indonesia terpilih sebagai
ketua konferensi. Selain itu, Ketua Sekretariat Bersama, Roeslan Abdulgani,
dipilih sebagai sekretaris jenderal konferensi. Sidang konferensi terdiri atas
sidang terbuka untuk umum dan sidang tertutup hanya bagi peserta konferensi.
Dibentuk tiga komite, yaitu Komite Politik, Komite Ekonomi, dan Komite
Kebudayaan. Semua kesepakatan tersebut selanjutnya disetujui oleh sidang dan
susunan pemimpin konferensi adalah sebagai berikut :
-
Ketua Konferensi Ali
Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia
-
Ketua Komite Politik Ali
Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia
-
Ketua Komite Ekonomi Roosseno,
Menteri Perekonomian Indonesia
-
Ketua Komite Kebudayaan
Muhammad Yamin, Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia
-
Sekretaris Jenderal Konferensi
Roeslan Abdulgani, Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Indonesia
Dalam sidang-sidang selanjutnya muncul beberapa kesulitan
yang bisa diduga sebelumnya. Kesulitan-kesulitan itu terutama terjadi dalam
sidang-sidang Komite Politik. Perbedaan pandangan politik dan masalah-masalah
yang dihadapi antara Negara-negara Asia Afrika muncul ke permukaan, bahkan
sampai pada tahap yang relatif panas. Namun berkat sikap yang bijaksana dari
pimpinan sidang serta hidupnya rasa toleransi dan kekeluargaan di antara
peserta konferensi, maka jalan buntu selalu dapat dihindari dan pertemuan yang berlarut-larut
dapat diakhiri.
Suasana Sidang Komite Politik
di Gedung Dwiwarna:
Setelah melalui sidang-sidang yang menegangkan dan
melelahkan selama satu minggu, pada pukul 19.00 WIB. (terlambat dari yang
direncanakan) tanggal 24 April 1955, Sidang Umum terakhir Konferensi Asia
Afrika dibuka. Dalam Sidang Umum itu dibacakan oleh sekretaris jenderal
konferensi rumusan pernyataan dari tiap-tiap panitia (komite) sebagai hasil
konferensi. Sidang Umum menyetujui seluruh pernyataan tersebut, kemudian sidang
dilanjutkan dengan pidato sambutan para ketua delegasi. Setelah itu, ketua
konferensi menyampaikan pidato penutupan dan menyatakan bahwa Konferensi Asia
Afrika ditutup.
Konsensus itu dituangkan dalam
komunike akhir, yang isinya adalah mengenai :
1. Kerja sama ekonomi;
2. Kerja sama kebudayaan;
3. Hak-hak asasi manusia dan
hak menentukan nasib sendiri;
4. Masalah rakyat jajahan;
5. Masalah-masalah lain;
6. Deklarasi tentang memajukan
perdamaian dunia dan kerja sama internasional.
Deklarasi yang tercantum pada
komunike tersebut, selanjutnya dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung, yaitu
suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan
perdamaian dan kerja sama dunia.
Dasasila Bandung:
1. Menghormati hak-hak asasi manusia dan menghormati
tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara.
2. Menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara.
3. Mengakui persamaan derajat
semua ras serta persamaan derajat semua negara besar dan kecil.
4. Tidak campur tangan di dalam urusan dalam negeri negara lain.
4. Tidak campur tangan di dalam urusan dalam negeri negara lain.
5. Menghormati hak setiap
negara untuk mempertahankan dirinya sendiri atau secara kolektif, sesuai dengan
Piagam PBB.
6. 1. Tidak menggunakan
pengaturan-pengaturan pertahanan kolektif untuk kepentingan khusus negara besar
mana pun. 2. Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain mana pun.
7. Tidak melakukan tindakan
atau ancaman agresi atau menggunakan kekuatan terhadap keutuhan wilayah atau
kemerdekaan politik negara mana pun.
8. Menyelesaikan semua
perselisihan internasional dengan cara-cara damai, seperti melalui perundingan,
konsiliasi, arbitrasi, atau penyelesaian hukum, ataupun cara-cara damai lainnya
yang menjadi pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.
9. Meningkatkan kepentingan
dan kerja sama bersama.
10. Menjunjung tinggi keadilan dan kewajiban-kewajiban
internasional.
a.
BAB II
GERAKAN NON BLOK
A.
Sejarah Terbentuknya Gerakan Non Blok
Konferensi Asia-Afrika (KAA) di
Bandung tahun 1955 merupakan proses awal
lahirnya GNB. KAA ditujukan untuk mengidentifikasi dan mendalami
masalah-masalah dunia waktu itu dan berupaya menformulasikan kebijakan bersama
negara-negara baru tersebut pada tataran hubungan internasional. KAA
menyepakati ‘Dasa Sila Bandung’ yang dirumuskan sebagai prinsip-prinsip dasar
bagi penyelenggaraan hubungan dan kerjasama antara bangsa-bangsa. Sejak saat
itu proses pendirian GNB semakin mendekati kenyataan, dan dalam proses ini
tokoh-tokoh yang memegang peran kunci sejak awal adalah presiden Mesir Gamal
Abdel Nasser, presiden Ghana Kwame Nkrumah, perdana menteri India Jawaharlal
Nehru, presiden Indonesia Soekarno, dan presiden Yugoslavia Josip Broz Tito.
GNB berdiri saat diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) I GNB di Beograd, Yugoslavia, 1-6 september 1961. KTT I GNB dihadiri oleh
25 negara. Dalam KTT I tersebut, negara-negara pendiri GNB ini berketetapan
untuk mendirikan suatu gerakan dan bukan suatu organisasi untuk menghindarkan
diri dari implikasi birokratik dalam membangun upaya kerjasama di antara
mereka. Pada kesempatan kali ini juga ditegaskan bahwa GNB tidak diarahkan pada
suatu peran pasif politik internasional, tetapi untuk memformulasikan posisi
sendiri secara independen yang merefleksikan kepentingan negara-negara
anggotanya.
GNB
menempayi posisi khusus dalam politik luat negeri Indonesia karena Indonesia
sejak awal memiliki peran sentral dalam pendirian ‘Dasa Sila Bandung’ yang
menjadi prinsip-prinsip utama GNB, merupakan bukti peran dan kontribusi penting
Indonesia dalam mengawali pendirian GNB. Secara khusus, Presiden Soekarno juga
diakui sebagai tokoh penggagas dan pendiri GNB. Indonesia menilai penting GNB
tidak sekedar dari peran yang selama ini dikontribusikan tetapi terlebih-lebih
mengingat prinsip dan tujuan GNB merupakan refleksi dari perjuangan dan tujuan
kebangsaan Indonesia sebagaimana tertuang dalam UUD 1945.
B.
Data-data Informasi Gerakan Non Blok
-
Pemrakarsa : Yugoslavia, India, Mesir, Indonesia, Pakistan,
Kuba, Kolombia, Venezuela, Afrika Selatan, Iran, Malaysia, dan untuk suatu
masa, Republik Rakyat Cina
-
Anggota :
1. Afganistan
2. Afrika Selatan
3. Republik Afrika Tengah
4. Aljazair
5. Angola
6. Antigua dan Barbuda
7. Arab Saudi
8. Bahama
9. Bahrain
10. Bangladesh
11. Barbados
12. Belarus
13. Belize
14. Benin
15. Bhutan
16. Bolivia
17. Botswana
18. Brunei
19. Burkina Faso
20. Burundi
21. Chad
22. Chili
23. Djibouti
24. Dominika
25. Republik Dominika
26. Ekuador
27. Mesir
28. Guinea Khatulistiwa
29. Eritrea
30. Ethiopia
31. Filipina
32. Gabon
33. Gambia
34. Ghana
35. Grenada
36. Guatemala
37. Guinea
38. Guinea-Bissau
39. Guyana
40. Honduras
41. India
42. Indonesia
43. Iran
44. Jamaika
45. Kamboja
46. Kamerun
47. Kenya
48. Kolombia
49. Komoro
50. Republik Kongo
51. Republik Demokratik Kongo
52. Korea Utara
53. Kuba
54. Kuwait
55. Laos
56. Lebanon
57. Lesotho
58. Liberia
59. Libya
60. Madagaskar
61. Maladewa
62. Malawi
63. Malaysia
64. Mali
65. Mauritania
66. Mauritius
67. Mongolia
68. Maroko
69. Mozambik
70. Myanmar
71. Namibia
72. Nepal
73. Nikaragua
74. Niger
75. Nigeria
76. Oman
77. Pakistan
78. Palestina
79. Panama
80. Pantai Gading
81. Papua Nugini
82. Peru
83. Qatar
84. Rwanda
85. Saint Lucia
86. Saint Vincent dan Grenadines
87. Sao Tome dan Principe
88. Senegal
89. Seychelles
90. Sierra Leone
91. Singapura
92. Somalia
93. Sri Lanka
94. Sudan
95. Suriname
96. Swaziland
97. Suriah
98. Tanjung Verde
99. Tanzania
100.
Thailand
101.
Timor Leste
102.
Togo
103.
Trinidad dan Tobago
104.
Tunisia
105.
Turkmenistan
106.
Uganda
107.
Uni Emirat Arab
108.
Uzbekistan
109.
Vanuatu
110.
Venezuela
111.
Vietnam
112.
Yaman
113.
Yordania
114.
Zambia
115.
Zimbabwe
C.
Faktor-faktor Terbentuknya Gerakan Non
Blok
- Munculnya dua blok barat dibawah Amerika Serikat dan blok timur
dibawah Uni Soviet yang saling memperebutkan pengaruh di dunia.
- Adanya kecemasan negara-negara yang baru merdeka dan negara-negara
berkembang, sehingga berupaya meredakan ketegangan dunia.
- Ditandatanganinya “Dokumen Broni” tahun 1956 dengan tujuan
mempersatukan negara-negara nonblok.
- Terjadinya krisis Kuba 1961 karena US membangun pangkalan militer
di Kuba secara besar-besaran.
- Pertemuan 5 orang negarawan pada
sidang umum PBB di markas besar PBB, yaitu Presiden Soekarno (Indonesia), PM
Jawaharlal Nehru (India), Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir), Presiden Joseph
Broz Tito (Yugoslavia) dan Presiden Kwame Nkrumah (Ghana).
D.
Tujuan Terbentuknya Gerakan Non Blok
Tujuan GNB mencakup dua hal, yaitu
tujuan ke dalam dan keluar negeri:
a. Tujuan ke dalam, yaitu mengusahakan
kemajuan dan pengembangan ekonomi, social, dan politik yang jauh tertinggal
dari negara maju.
b.
Tujuan ke luar, yaitu berusaha meredakan ketegangan antara blok
Barat dan blok Timur menuju perdamaian dan keamanan dunia.
D.
Prinsip-Prinsip Terbentuknya Gerakan
Non Blok
GNB didasarkan prinsip-prinsip
dasar yang disepakati dalam KAA yang dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung
pada bulan April 1955 di Bandung (Indonesia). Substansi Dasasila Bandung berisi
tentang “pernyataan mengenai dukungan
bagi kedamaian dan kerja sama dunia, yaitu:
- saling menghormati integritas
terorial dan kedaulatan.
- perjanjian non-agresi
- tidak mengintervensi urusan dalam
negeri negara lain
- kesetaraan urusan dalam
negeri-negeri lain
- menjaga perdamaian
E. Gerakan Non Blok Pada Masa Kepemimpinan Indonesia
Dalam perjalanannya sampai saat ini
GNB telah melakukan 10 KTT, Presiden Soekarno menjadi ketua GNB. Tiap KTT
mempunyai ciri sendiri-sendiri. Berdasarkan sikap dan posisi yang Nampak dalam
berbagai pertemuan Non Blok, secara garis besarnya terdapat 3 pengelompokan di
dalam gerakan Non Blok, yaitu :
·
Kelompok Mainstream, kelompok yang ingin tetap mempertahankan
prinsip-prinsip dasar dan tujuan gerakan non blok, yang termasuk kelompok ini
adalah : Indonesia, Argentina, India, Bangladesh, Gabon, Pakistan, Srilangka,
Senegal, Tunisia, Saudi Arabia.
·
Kelompok ekstrim kiri, kelompok ini termasuk juga negara yang
mempunyai kerjasama di berbagai bidang dengan Uni Soviet melalui perjanjian
bilateral yang termasuk dalam kelompok ini adalah : Cuba, Afganistan, Angola,
Vietnam dan Libya.
·
Kelompok ekstrim kanan, yang termasuk kelompok ini adalah Mesir,
Singapura, Zaire. Banyak
Sebagai
ketua GNB banyak hal yang telah dihasilkan Soekarno, antaralain:
-
Gerakan Non Blok putuskan untuk mengirim utusan palestina ke
negara-negara Arab adalah untuk langsung terlibat dalam negosiasi-negosiasi
yang mendukung usaha palestina memperoleh haknya kembali.
GNB ingin berdialog dengan peserta
KTT G7 di Tokyo. Presiden Soeharto sebagai ketua GNB dalam dialog tersebut
sebenarnya ingin menyampaikan berbagai masalah terutama yang tercantum dalam
Pesan Jakarta, dimana salah satu hasil KTT-GNB di Jakarta tahun 1992 adalah
negara-negara GNB akan mengadakan kerjasama misalnya negara Afrika akan
mengirimkan petani atau petugas keluarga berencana ke Indonesia untuk melakukan
magang. Namun karena Indonesia dan negara Afrika itu tidak memiliki dana yang
cukup untuk membiayai program magang ini, makan akan dicari negara ketiga
terutama negara maju yang bersedia membiayai pengiriman petani Afrika ke
Indonesia. Dialog negara maju dan berkembang yang disebut sebagai dialog utara
selatan. Dialog yang siharapkan akan tercapai itu ternyata tidak dapat dicapai
sehubungan dengan tidak diundangnya Presiden Soeharto sebagai ketua GNB dalam
KTT G-7 di Tokyo. Sikap negara maju yang mengabaikan niat baik GNB untuk
menyampaikan suaranya dalam kesempatan itu diselesaikan oleh pemerintahan
Republik Indonesia.
Daftar
Pustaka
wikipedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar