Kamis, 13 Maret 2014

Contoh Makalah KAA & GNB

KATA PENGANTAR
            Segala puji bagi Allah ‘aza wa jala yang telah memberikan segala kemudahan sehingga makalah Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non Blok ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada baginda alam, suri teladan, Nabi Muhammad SAW. dan juga bagi keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman.

            Kami menghaturkan banyak terima kasih kepada guru kami Wulan Rosidah,S.Pd. atas bimbingan dan arahannya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa ucapan terima kasih juga kami berikan kepada rekan-rekan yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini.


            Dengan demikian, makalah ini diharapkan menjadi bacaan yang dapat menanmbah ilmu yang mudah dipahami, dipelajari dan semoga berguna bagi kita semua.   
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………2
Daftar Isi .........................................................................................................................................3
BAB I             : Konferensi  Asia Afrika .................……………………………………………..4
A.            Sejarah Terbentuknya Konferensi Asia Afrika ..........................................4
B.             Data-data Informasi Konferensi Asia Afrika .............................................5
C.             Rangkaian Peristiwa Konferensi Asia Afrika ............................................6
D.            Langkah Serta Hasil-hasil Yang Didapat Dalam Konferensi Asia Afrika .8
BAB II                        : Gerakan Non Blok ..............................................................................................11
A.            Sejarah Terbentuknya Gerakan Non Blok ................................................11
B.             Data-data Informasi Gerakan Non Blok ...................................................12
C.             Faktor-faktor Terbentuknya Gerakan Non Blok .......................................13
D.            Tujuan Terbentuknya Gerakan Non Blok .................................................14
E.             Prinsip-Prinsip Terbentuknya Gerakan Non Blok ....................................15
F.              Gerakan Non Blok Pada Masa Kepemimpinan Indonesia ........................16
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………17
BAB I
KONFERENSI ASIA AFRIKA

A.    Sejarah Terbentuknya Konferensi Asia Afrika

            Setelah berakhirnya perang dunia ke dua timbul dua kekuatan baru didunia, blok barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan blok timur dipimpin oleh Uni Soviet. Kedua blok ini memiliki ideology dan kepentingan yang berbeda, tiap-tiap blok berusaha menarik negara-negara Asia dan Afrika menjadi pendukungnya. Keadaan ini menimbulkan ketegangan dan permusuhan terselubung diantara keduanya, keadaan ini dikenal perang dingin.
            Pada tahun 1945 negara-negara Asia Afrika yang merupakan daerah jajahan bangsa Barat, banyak berhasil memerdekakan negaranya. Walau begitu, masih banyak pula masalah sisa penjajahan seperti Indonesia tentang Irian Barat, India dan Pakistan yang tanahnya diduduki secara paksa oleh pasukan Israel yang dibantu oleh Amerika Serikat. Sementara itu bangsa-bangsa didunia pun dilanda kekhawatiran akibat pesatnya perkembangan senjata nuklir yang bisa memusnahkan umat manusia.
            Walau saat itu sudah ada badan internasional yaitu PBB yang seharusnya dapat menangani masalah-masalah dunia, namun nyatanya belum berhasil menangani masalah tersebut. Berikut adalah beberapa masalah yang menjadi perhatian khusus :
            Masalah Indonesia dengan Belanda karena Irian Barat.
-          Ketegangan antara Cina dan Amerika.
-          Kolonialisme dan pengaruh besar Perancis di Afrika Utara.
            Perdebatan sengit sidang umum konferensi juga berkisar pada masalah, apakah politik Uni Soviet di Eropa Timur dan Asia Tengah harus dikecam sebagai sejalan dengan kolonialisme Barat? Konsensus sidang tercapai, dirangkum dalam rumusan kalimat yang menyatakan: bahwa “kolonialisme dalam segala pernyataannya” (colonialism in all of its manifestations) harus dikutuk. Sepatah rumusan yang secara implisit mengecam, baik Uni Soviet maupun negara-negara Barat.
            Usai Konferensi Asia Afrika, semangat dan konsensus yang tercipta segera ditindaklanjuti dengan diterjemahkan ke berbagai bidang yang dipandang perlu dan bisa dilaksanakan. Maka lantas lahir berbagai gerakan Asia-Afrika, yang menetapkan tempat kedudukannya masing-masing. Yaitu, biro solidaritas rakyat di Kairo, Republik Persatuan Arab (United Arab Republic, nama Mesir saat itu), wakil Indonesia di sini Ibrahim Isa; biro pengarang di Kolombo, Srilangka, wakil Indonesia Rivai Apin / Setiawan Hs; biro wartawan di Jakarta, Indonesia, wakil Indonesia Joesoef Isak; biro ahli hukum di Konakri, Guinea, wakil Indonesia Wiyanto SH; biro ekonomi, juga di Kolombo, wakil Indonesia Ridwan Basyar. Masih ada satu biro lagi yang masih dalam proses penjajakan tapi urung berdiri, yaitu biro buruh yang agaknya direncanakan juga di Kolombo, karena mengingat besarnya pengaruh organisasi buruh perkebunan (yang bersemangat tinggi “anti-remo”) di bawah pimpinan N. Sanmugathasan. Pada sidang-sidang pendahuluan biro buruh ini, Indonesia diwakili oleh Achadiat dari Denas Sobsi (Dewan Nasional Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia).           
B.     Data-data Informasi Konferensi Asia Afrika

-          Waktu                   : 18 – 24 april 1955
-          Tempat                  : Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia
-          Penyelenggara       : Indonesia, Myanmar, Sri Langka, India, Pakistan
-          Pemprakarsa          :
1.      Indonesia (Ali Sastroamidjojo)
2.      Burma ( U Nu)
3.      India (Pandit Jawaharlal Nehru)
4.      Pakistan ( Mohammad Ali)
5.      Srilangka ( Sir John Kotelawala)
-          Peserta                   : 


·         Indonesia
·         Afganistan
·         Kamboja
·         Republik Rakyat Cina
·         Mesir
·         Ethiopia
·         India
·         Filipina
·         Birma
·         Pakistan
·         Srilangka
·         Vietnam Utara
·         Vietnam Selatan
·         Saudi Arabia
·         Yaman



·         Syiria
·         Thailand
·         Truki
·         Iran
·         Irak
·         Sudan
·         Laos
·         Libanon
·         Liberia
·         Libya
·         Ghana
·         Nepal
·         Yordania
·         Jepang











C.  Rangkaian Peristiwa Konferensi Asia Afrika

·         23 Agustus 1953 - Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo(Indonesia) di Dewan Perwakilan Rakyat Sementara mengusulkan perlunya kerjasama antara negara-negara di Asia dan Afrika dalam perdamaian dunia.

·         9 – 22 april 1954 (PERTEMUAN TUGU)
Wisma Tugu, Puncak, Jawa Barat.
Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon, Sir John Kotelawala, mengundang para perdana menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan maksud mengadakan suatu pertemuan informal di negaranya. Undangan tersebut diterima baik oleh semua pemimpin pemerintah negara tersebut.
Pada kesempatan itu, Presiden Indonesia, Soekarno, menekankan kepada Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, untuk menyampaikan ide diadakannya Konferensi Asia Afrika pada pertemuan Konferensi Kolombo tersebut. Beliau menyatakan bahwa hal ini merupakan cita-cita bersama selama hampir 30 tahun telah didengungkan untuk membangun solidaritas Asia Afrika dan telah dilakukan melalui pergerakan nasional melawan penjajahan.
Sehubungan dengan diundangnya Indonesia oleh Perdana Menteri Ceylon, maka Pemerintah Indonesia mengadakan suatu pertemuan yang dihadiri oleh para kepala perwakilan Indonesia di Asia, Afrika, dan Pasifik, bertempat di Wisma Tugu, Puncak, Jawa Barat. Pertemuan ini diketuai oleh Menteri Luar Negeri Indonesia, Sunario, membahas rumusan-rumusan yang akan menjadi bahan bagi Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dalam forum Konferensi Kolombo, sebagai dasar usulan Indonesia untuk meluaskan gagasan kerja sama regional di tingkat Asia Afrika. 
Rumusan hasil Pertemuan Tugu :
1.
Menolak pembentukan dua blok di dunia : Blok Barat dan Blok Timur, serta menolak ikut serta dalam   aktivitas dua kekuatan besar tersebut;
2. Mengusulkan untuk membentuk kelompok yang memperjuangkan kemerdekaan dan kemakmuran dalam sebuah kerja sama yang didasari oleh kepentingan bersama untuk melawan kekuatan imperialis-kolonialis; 
3.
Mengusahakan terselenggaranya konferensi anti imperialis-kolonialis; 
4.
Meyakinkan peserta untuk memperhatikan sikap politik dunia dan kerja sama Asia Afrika; 
5.
Membawa kebijakan luar negeri yang bebas aktif dan kebijakan bertetangga baik. 

·         28 April – 2 Mei 1954 (KONFERENSI KOLOMBO)
Kolombo
            Gedung Parliament Ceylon, tempat berlangsungnya Konferensi Kolombo
Konferensi Kolombo diselenggarakan atas inisiatif Perdana Menteri Ceylon (Sir John Kotelawala), dan dihadiri oleh Perdana Menteri Birma (U Nu), Perdana Menteri India (Jawaharlal Nehru), Perdana Menteri Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Perdana Menteri Pakistan (Mohammed Ali). Konferensi tersebut berlangsung di Kolombo. Sir John Kotelawala pada pembukaan Konferensi Kolombo menyatakan bahwa tidak ada agenda formal yang disiapkan untuk konferensi ini, tetapi ada beberapa masalah penting dan cukup mendesak yang perlu dibicarakan.
Dalam konferensi ini Indonesia memberikan usulan perlunya adanya Konferensi Asia-Afrika.
Masalah yang dimaksud diantaranya:
1. konflik Indo-China yang mengancam keamanan dan perdamaian di Asia dan di seluruh dunia; 
2.
agresi komunis internasional di Asia; 
3. persoalan kolonialisme di berbagai belahan dunia; 
4. perlombaan senjata yang mengancam penghancuran secara masal. 
·         25 April2 Mei 1954 - Berlangsung Persidangan Kolombo di Sri Lanka. Hadir dalam pertemuan tersebut para pemimpin dari India, Pakistan, Burma (sekarang Myanmar), dan Indonesia.

·           2829 Desember 1954 (KONFERENSI BOGOR)
Bogor
Istana Bogor, tempat pertemuan Lima Perdana Menteri Negar Sponsor Konferensi Asia Afrika
Pemerintah Indonesia mengadakan penjajagan ke berbagai negara di Asia dan Afrika. Dari 14 negara yang dijajagi, 12 negara telah memberikan jawaban positif. Mereka setuju konferensi diselenggarakan di Indonesia dan dalam waktu secepatnya. Atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para perdana menteri peserta Konferensi Kolombo (Birma, Ceylon, India, Indonesia, dan Pakistan) mengadakan pertemuan di Bogor. Konferensi Bogor membicarakan persiapan konferensi Asia Afrika. Konferensi tersebut berhasil merumuskan kesepakatan tentang tujuan, waktu, tingkat delegasi yang diminta hadir, agenda, dan negara yang diundang dalam konferensi Asia Afrika.
Kelima negara peserta Konferensi Bogor menjadi sponsor dan Indonesia dipilih menjadi tuan rumah pada Konferensi Asia Afrika. Ditetapkan pula Konferensi Asia Afrika akan berlangsung pada akhir minggu bulan April tahun 1955. Soekarno menunjuk Kota Bandung sebagai tempat berlangsungnya konferensi tersebut.

·        1824 April 1955 - Konferensi Asia-Afrika berlangsung di Gedung Merdeka, Bandung. Persidangan ini diresmikan oleh Presiden Soekarno dan diketuai oleh PM Ali Sastroamidjojo. Hasil dari persidangan ini berupa persetujuan yang dikenal dengan Dasasila Bandung.   



D.    Langkah Serta Hasil-hasil Yang Didapat Dalam Konferensi Asia Afrika

            Langkah bersejarah delegasi Indonesia
            Sekitar pukul 08.30 WIB, para delegasi dari berbagai negara berjalan meninggalkan Hotel Homann dan Hotel Preanger menuju Gedung Merdeka secara berkelompok untuk menghadiri pembukaan Konferensi Asia Afrika. Banyak di antara mereka memakai pakaian nasional masing-masing yang beraneka corak dan warna. Mereka disambut hangat oleh rakyat yang berderet di sepanjang Jalan Asia Afrika dengan tepuk tangan dan sorak sorai riang gembira. Perjalanan para delegasi dari Hotel Homann dan Hotel Preanger ini kemudian dikenal dengan nama “Langkah Bersejarah” (The Bandung Walks). Kira-kira pukul 09.00 WIB, semua delegasi masuk ke dalam Gedung Merdeka. Tidak lama kemudian rombongan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta, tiba di depan Gedung Merdeka dan disambut oleh rakyat dengan sorak-sorai dan pekik "merdeka". Di depan pintu gerbang Gedung Merdeka kedua pemimpin Pemerintah Indonesia itu disambut oleh lima perdana menteri negara sponsor.
            Presiden Indonesia, Soekarno, menyampaikan pidato Pembukaan Konferensi Asia Afrika, 18 April 1955 Pada pukul 10.20 WIB setelah diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia : "Indonesia Raya", Presiden Indonesia, Soekarno, mengucapkan pidato pembukaan yang berjudul "Let a New Asia And a New Africa be Born" (Mari Kita Lahirkan Asia Baru dan Afrika Baru). Dalam kesempatan tersebut Presiden Soekarno menyatakan bahwa kita, peserta konferensi, berasal dari kebangsaan yang berlainan, begitu pula latar belakang sosial dan budaya, agama, sistem politik, bahkan warna kulit pun berbeda-beda, namun kita dapat bersatu, dipersatukan oleh pengalaman pahit yang sama akibat kolonialisme, oleh ketetapan hati yang sama dalam usaha mempertahankan dan memperkokoh perdamaian dunia. Pada bagian akhir pidatonya beliau mengatakan :Saya berharap konferensi ini akan menegaskan kenyataan, bahwa kita, pemimpin-pemimpin Asia dan Afrika, mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat menjadi sejahtera, apabila mereka bersatu, dan bahkan keamanan seluruh dunia tanpa persatuan Asia Afrika tidak akan terjamin. Saya harap konferensi ini akan memberikan pedoman kepada umat manusia, akan menunjukkan kepada umat manusia jalan yang harus ditempuhnya untuk mencapai keselamatan dan perdamaian. Saya berharap, bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia dan Afrika telah lahir kembali.
            Pidato tersebut berhasil menarik perhatian dan mempengaruhi hadirin yang dibuktikan dengan adanya usul Perdana Menteri India dan didukung oleh semua peserta konferensi untuk mengirimkan pesan ucapan terimakasih kepada presiden atas pidato pembukaannya. Pada pukul 10.45 WIB., Presiden Indonesia, Soekarno, mengakhiri pidatonya, dan selanjutnya sidang dibuka kembali. Secara aklamasi, Perdana Menteri Indonesia terpilih sebagai ketua konferensi. Selain itu, Ketua Sekretariat Bersama, Roeslan Abdulgani, dipilih sebagai sekretaris jenderal konferensi. Sidang konferensi terdiri atas sidang terbuka untuk umum dan sidang tertutup hanya bagi peserta konferensi. Dibentuk tiga komite, yaitu Komite Politik, Komite Ekonomi, dan Komite Kebudayaan. Semua kesepakatan tersebut selanjutnya disetujui oleh sidang dan susunan pemimpin konferensi adalah sebagai berikut :
-          Ketua Konferensi Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia 
-          Ketua Komite Politik Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia 
-          Ketua Komite Ekonomi Roosseno, Menteri Perekonomian Indonesia 
-          Ketua Komite Kebudayaan Muhammad Yamin, Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia 
-          Sekretaris Jenderal Konferensi Roeslan Abdulgani, Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Indonesia
            Dalam sidang-sidang selanjutnya muncul beberapa kesulitan yang bisa diduga sebelumnya. Kesulitan-kesulitan itu terutama terjadi dalam sidang-sidang Komite Politik. Perbedaan pandangan politik dan masalah-masalah yang dihadapi antara Negara-negara Asia Afrika muncul ke permukaan, bahkan sampai pada tahap yang relatif panas. Namun berkat sikap yang bijaksana dari pimpinan sidang serta hidupnya rasa toleransi dan kekeluargaan di antara peserta konferensi, maka jalan buntu selalu dapat dihindari dan pertemuan yang berlarut-larut dapat diakhiri.
Suasana Sidang Komite Politik di Gedung Dwiwarna:
            Setelah melalui sidang-sidang yang menegangkan dan melelahkan selama satu minggu, pada pukul 19.00 WIB. (terlambat dari yang direncanakan) tanggal 24 April 1955, Sidang Umum terakhir Konferensi Asia Afrika dibuka. Dalam Sidang Umum itu dibacakan oleh sekretaris jenderal konferensi rumusan pernyataan dari tiap-tiap panitia (komite) sebagai hasil konferensi. Sidang Umum menyetujui seluruh pernyataan tersebut, kemudian sidang dilanjutkan dengan pidato sambutan para ketua delegasi. Setelah itu, ketua konferensi menyampaikan pidato penutupan dan menyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika ditutup.
Konsensus itu dituangkan dalam komunike akhir, yang isinya adalah mengenai :
1. Kerja sama ekonomi;
2. Kerja sama kebudayaan;
3. Hak-hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri;
4. Masalah rakyat jajahan;
5. Masalah-masalah lain;
6. Deklarasi tentang memajukan perdamaian dunia dan kerja sama internasional.
Deklarasi yang tercantum pada komunike tersebut, selanjutnya dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung, yaitu suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia.
            Dasasila Bandung:
1. Menghormati hak-hak asasi manusia dan menghormati tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB. 
2. Menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara.
3. Mengakui persamaan derajat semua ras serta persamaan derajat semua negara besar dan kecil. 
4. Tidak campur tangan di dalam urusan dalam negeri negara lain.
5. Menghormati hak setiap negara untuk mempertahankan dirinya sendiri atau secara kolektif, sesuai dengan Piagam PBB.
 6. 1. Tidak menggunakan pengaturan-pengaturan pertahanan kolektif untuk kepentingan khusus negara besar mana pun. 2. Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain mana pun.
7. Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau menggunakan kekuatan terhadap keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik negara mana pun.
8. Menyelesaikan semua perselisihan internasional dengan cara-cara damai, seperti melalui perundingan, konsiliasi, arbitrasi, atau penyelesaian hukum, ataupun cara-cara damai lainnya yang menjadi pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.
9. Meningkatkan kepentingan dan kerja sama bersama.
10. Menjunjung tinggi keadilan dan kewajiban-kewajiban internasional.



a.      
BAB II
GERAKAN NON BLOK

A.    Sejarah Terbentuknya Gerakan Non Blok

            Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955 merupakan  proses awal lahirnya GNB. KAA ditujukan untuk mengidentifikasi dan mendalami masalah-masalah dunia waktu itu dan berupaya menformulasikan kebijakan bersama negara-negara baru tersebut pada tataran hubungan internasional. KAA menyepakati ‘Dasa Sila Bandung’ yang dirumuskan sebagai prinsip-prinsip dasar bagi penyelenggaraan hubungan dan kerjasama antara bangsa-bangsa. Sejak saat itu proses pendirian GNB semakin mendekati kenyataan, dan dalam proses ini tokoh-tokoh yang memegang peran kunci sejak awal adalah presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, presiden Ghana Kwame Nkrumah, perdana menteri India Jawaharlal Nehru, presiden Indonesia Soekarno, dan presiden Yugoslavia Josip Broz Tito.
GNB berdiri saat diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I GNB di Beograd, Yugoslavia, 1-6 september 1961. KTT I GNB dihadiri oleh 25 negara. Dalam KTT I tersebut, negara-negara pendiri GNB ini berketetapan untuk mendirikan suatu gerakan dan bukan suatu organisasi untuk menghindarkan diri dari implikasi birokratik dalam membangun upaya kerjasama di antara mereka. Pada kesempatan kali ini juga ditegaskan bahwa GNB tidak diarahkan pada suatu peran pasif politik internasional, tetapi untuk memformulasikan posisi sendiri secara independen yang merefleksikan kepentingan negara-negara anggotanya.
            GNB menempayi posisi khusus dalam politik luat negeri Indonesia karena Indonesia sejak awal memiliki peran sentral dalam pendirian ‘Dasa Sila Bandung’ yang menjadi prinsip-prinsip utama GNB, merupakan bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mengawali pendirian GNB. Secara khusus, Presiden Soekarno juga diakui sebagai tokoh penggagas dan pendiri GNB. Indonesia menilai penting GNB tidak sekedar dari peran yang selama ini dikontribusikan tetapi terlebih-lebih mengingat prinsip dan tujuan GNB merupakan refleksi dari perjuangan dan tujuan kebangsaan Indonesia sebagaimana tertuang dalam UUD 1945.



B.     Data-data Informasi Gerakan Non Blok

-          Pemrakarsa      : Yugoslavia, India, Mesir, Indonesia, Pakistan, Kuba, Kolombia, Venezuela,  Afrika Selatan, Iran, Malaysia, dan untuk suatu masa, Republik Rakyat Cina
-          Anggota          :


1.      Afganistan
2.      Afrika Selatan
3.      Republik Afrika Tengah
4.      Aljazair
5.      Angola
6.      Antigua dan Barbuda
7.      Arab Saudi
8.      Bahama
9.      Bahrain
10.  Bangladesh
11.  Barbados
12.  Belarus
13.  Belize
14.  Benin 
15.  Bhutan 
16.  Bolivia
17.  Botswana
18.  Brunei
19.  Burkina Faso 
20.  Burundi 
21.  Chad 
22.  Chili
23.  Djibouti
24.  Dominika
25.  Republik Dominika 
26.  Ekuador 
27.  Mesir
28.  Guinea Khatulistiwa
29.  Eritrea
30.  Ethiopia
31.  Filipina 
32.  Gabon
33.  Gambia 
34.  Ghana
35.  Grenada
36.  Guatemala 
37.  Guinea
38.  Guinea-Bissau 
39.  Guyana
40.  Honduras
41.  India
42.  Indonesia 
43.  Iran
44.  Jamaika 
45.  Kamboja 
46.  Kamerun 
47.  Kenya
48.  Kolombia 
49.  Komoro
50.  Republik Kongo
51.  Republik Demokratik Kongo 
52.  Korea Utara 
53.  Kuba
54.  Kuwait 
55.  Laos
56.  Lebanon 
57.  Lesotho 
58.  Liberia 
59.  Libya
60.  Madagaskar 
61.  Maladewa 
62.  Malawi
63.  Malaysia 
64.  Mali
65.  Mauritania 
66.  Mauritius 
67.  Mongolia  
68.  Maroko
69.  Mozambik 
70.  Myanmar 
71.  Namibia 
72.  Nepal
73.  Nikaragua 
74.  Niger 
75.  Nigeria
76.  Oman
77.  Pakistan 
78.  Palestina 
79.  Panama
80.  Pantai Gading 
81.  Papua Nugini 
82.  Peru 
83.  Qatar
84.  Rwanda
85.  Saint Lucia
86.  Saint Vincent dan Grenadines 
87.  Sao Tome dan Principe 
88.  Senegal
89.  Seychelles
90.  Sierra Leone 
91.  Singapura 
92.  Somalia
93.  Sri Lanka 
94.  Sudan
95.  Suriname 
96.  Swaziland 
97.  Suriah
98.  Tanjung Verde 
99.  Tanzania
100.         Thailand
101.         Timor Leste 
102.         Togo
103.         Trinidad dan Tobago
104.         Tunisia
105.         Turkmenistan 
106.         Uganda
107.         Uni Emirat Arab 
108.         Uzbekistan 
109.         Vanuatu 
110.         Venezuela 
111.         Vietnam 
112.         Yaman 
113.         Yordania 
114.         Zambia
115.         Zimbabwe


C.   Faktor-faktor Terbentuknya Gerakan Non Blok

- Munculnya dua blok barat dibawah Amerika Serikat dan blok timur dibawah Uni Soviet yang saling memperebutkan pengaruh di dunia.
- Adanya kecemasan negara-negara yang baru merdeka dan negara-negara berkembang, sehingga berupaya meredakan ketegangan dunia.
- Ditandatanganinya “Dokumen Broni” tahun 1956 dengan tujuan mempersatukan negara-negara nonblok.
- Terjadinya krisis Kuba 1961 karena US membangun pangkalan militer di Kuba secara besar-besaran.
- Pertemuan 5 orang negarawan pada sidang umum PBB di markas besar PBB, yaitu Presiden Soekarno (Indonesia), PM Jawaharlal Nehru (India), Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir), Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia) dan Presiden Kwame Nkrumah (Ghana).



D.    Tujuan Terbentuknya Gerakan Non Blok

Tujuan GNB mencakup dua hal, yaitu tujuan ke dalam dan keluar negeri:
a.       Tujuan ke dalam, yaitu mengusahakan kemajuan dan pengembangan ekonomi, social, dan politik yang jauh tertinggal dari negara maju.
b.      Tujuan ke luar, yaitu berusaha meredakan ketegangan antara blok Barat dan blok Timur menuju perdamaian dan keamanan dunia.



D.    Prinsip-Prinsip Terbentuknya Gerakan Non Blok
GNB didasarkan prinsip-prinsip dasar yang disepakati dalam KAA yang dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung pada bulan April 1955 di Bandung (Indonesia). Substansi Dasasila Bandung berisi tentang “pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerja sama dunia, yaitu:
- saling menghormati integritas terorial dan kedaulatan.
- perjanjian non-agresi
- tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain
- kesetaraan urusan dalam negeri-negeri lain
- menjaga perdamaian





E.   Gerakan Non Blok Pada Masa Kepemimpinan Indonesia

Dalam perjalanannya sampai saat ini GNB telah melakukan 10 KTT, Presiden Soekarno menjadi ketua GNB. Tiap KTT mempunyai ciri sendiri-sendiri. Berdasarkan sikap dan posisi yang Nampak dalam berbagai pertemuan Non Blok, secara garis besarnya terdapat 3 pengelompokan di dalam gerakan Non Blok, yaitu :
·         Kelompok Mainstream, kelompok yang ingin tetap mempertahankan prinsip-prinsip dasar dan tujuan gerakan non blok, yang termasuk kelompok ini adalah : Indonesia, Argentina, India, Bangladesh, Gabon, Pakistan, Srilangka, Senegal, Tunisia, Saudi Arabia.
·         Kelompok ekstrim kiri, kelompok ini termasuk juga negara yang mempunyai kerjasama di berbagai bidang dengan Uni Soviet melalui perjanjian bilateral yang termasuk dalam kelompok ini adalah : Cuba, Afganistan, Angola, Vietnam dan Libya.
·         Kelompok ekstrim kanan, yang termasuk kelompok ini adalah Mesir, Singapura, Zaire.  Banyak
            Sebagai ketua GNB banyak hal yang telah dihasilkan Soekarno, antaralain:
-          Gerakan Non Blok putuskan untuk mengirim utusan palestina ke negara-negara Arab adalah untuk langsung terlibat dalam negosiasi-negosiasi yang mendukung usaha palestina memperoleh haknya kembali.

GNB ingin berdialog dengan peserta KTT G7 di Tokyo. Presiden Soeharto sebagai ketua GNB dalam dialog tersebut sebenarnya ingin menyampaikan berbagai masalah terutama yang tercantum dalam Pesan Jakarta, dimana salah satu hasil KTT-GNB di Jakarta tahun 1992 adalah negara-negara GNB akan mengadakan kerjasama misalnya negara Afrika akan mengirimkan petani atau petugas keluarga berencana ke Indonesia untuk melakukan magang. Namun karena Indonesia dan negara Afrika itu tidak memiliki dana yang cukup untuk membiayai program magang ini, makan akan dicari negara ketiga terutama negara maju yang bersedia membiayai pengiriman petani Afrika ke Indonesia. Dialog negara maju dan berkembang yang disebut sebagai dialog utara selatan. Dialog yang siharapkan akan tercapai itu ternyata tidak dapat dicapai sehubungan dengan tidak diundangnya Presiden Soeharto sebagai ketua GNB dalam KTT G-7 di Tokyo. Sikap negara maju yang mengabaikan niat baik GNB untuk menyampaikan suaranya dalam kesempatan itu diselesaikan oleh pemerintahan Republik Indonesia.
Daftar Pustaka

wikipedia.com



            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar