Jumat, 14 Maret 2014

Contoh naskah Drama Detik-detik Proklamasi

Berita tentang kekalahan Jepang  sangat dirahasiakan oleh Jepang bahkan semua stasiun radio disegel oleh Jepang tetapi tokoh golongan muda yakni Sutan Syahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Syahrir yang sedang bingung memikirkan bagaimana cara memerdekakan Indonesia, tiba-tiba terkejut mendengar berita tersebut.


Adegan            : (Sutan Syahrir, Wikana, Darwis dan Chaerul Saleh sedang mendengarkan radio)

Syahrir             :     ( KAGET ) , “Apakah berita yang barusan ku dengar, itu benar ? Jepang Menyerah kepada sekutu. Kita harus mendesak golongan tua terutama bung Karno untuk segera memproklamirkan kemerdekaan! Aku harus cepat-cepat memberitahu kepada
Soekarno dan Hatta.”

Wikana             :”Betul sekali kawan.”


Syahrir             :”Tetapi jangan sampai Proklamasi kemrdekaan diproklamirkan oleh PPKI.”

Darwis             :”Kenapa kau berpendapat demikian sobat?”

Syahrir             :”Karena PPKI adalah badan bentukan Jepang!”

Wikana            : ”Kita tidak ingin ada campur tangan Jepang dalam Proklamasi Kemerdekaan!”

Chaerul Saleh    :”Lalu siapa yang berhak mempoklamirkan kemerdekaan?”

Syahrir              :”Bung Karno sebagai pemimpin rakyat, atas nama rakyat dan melalui siaran Radio!” (Syahrir berbicara berapi-api)

Chaerul Saleh   :”Tetapi permasalahannya apakah bung Karno setuju, beliau kan ketua PPKI.

Darwis              :” Kalau beliau menginginkan naskah Proklamasi tetap disusun oleh PPKI, kita paksa saja dia, kalau perlu kita......”

Syahrir              :” Kalau perlu apa ? .... Kita harus bicara dulu secara baik-baik dengan beliau wis!”

Chaerul Saleh    :” Betul kawan, kekerasan bukan cara penyelesaian yang tepat.”

Wikana              :”Sebaiknya setelah bung Karno pulang dari Dalat, kita segera menemuinya.”

Darwis, Syahrir dan Saleh          : ”betul.” (ketiganya menjawab bersamaan)

Sekitar pukul 14.00 sore, tanggal 14 agustus 1945 Syahrir sudah menunggu dirumah Hatta. 1 jam kemudian Hatta pun tiba di rumahnya.

Bung Hatta              :     “Syahrir ada apa ?”

Syahrir                     :     “Ada yang ingin ku sampaikan, ini sangat penting.”

Bung Hatta              :     “Oh, . . . silahkan duduk, ada masalah apa ?”

Syahrir                      :     “Saya mendengar berita bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu. Bagaimana jika kemerdekan Indonesia secepatnya kita di laksanakan. Tapi, kemerdekaan Indonesia jangan lagi melalui PPKI seperti yang di rencanakan oleh jepang, supaya kemerdekaan kita tidak di cap sebagai buatan jepang.”

Bung Hatta              :     “Apa benar itu Syahrir ?” Ya, kita harus memanfaatkan kesempatan ini. Tapi, siapa yang akan memproklamasikannya ?”

Syahrir                      :     “Saya pikir Bung Karno yang pantas melakukan itu.”

Bung Hatta              :     “Tapi, apakah Bung Karno menyetujuinya ?” Karena secara pribadi
beliau adalah ketua PPKI.

Syahrir                      :     “Kalau begitu, sekarang kita harus menemui beliau.”

Bung Hatta              :     “Ya baiklah.”
Akhirnya, Bung Hatta dan Syahrir pun menemui Bung Karno.

Sukarno            : ”Silahkan masuk.”(bung Karno mempersilahkan masuk dan duduk di ruang tamu )

Sukarno            : ”Ada maksud apa saudara-saudara datang kemari.”

Syahrir              : ” Begini bung Karno, Jepang telah menyerah bung, dan kami minta bung Karno segera memproklamirkan kemerdekaan.”

Bung Karno             :     “Kita jangan dulu percaya dengan berita itu, kita harus benar-benar memastikan tentang berita itu, jangan sampai kita gegabah dalam mengambil keputusan.”

Syahrir                      :     “Tapi, saya pastikan bahwa berita itu benar, Bung !”

Bung Karno             :     “Saya tentu senang jika berita itu benar adanya.”
Bung Hatta              :     “Benar apa yang di katakana Bung Karno, kita tetap harus waspada karena, ini menyangkut masa depan rakyat.”

Bung Karno             :     “Itulah yang aku fikirkan, kita harus benar-benar memikirkan semua ini, sebelum kita mengambil keputusan.”

Syahrir                      :     “Baiklah. . .mungkin Bung Karno lebih tau apa yang terbaik untuk masa depan rakyat.”

Akhirnya, Syahrir pun menerima penolakan pendapatnya lalu ia bergegas pergi.
Ke esokan harinya tanggal 15 agustus 2 orang pemuda lainnya, Subadio Sastrosatomo dan Subiyanto kembali mendatangi Bung Hatta.

Subadio                   :     “Bung, bagaimana keputusannya ?”

Bung Hatta              :     “Kami belum mengambil keputusan apapun, karena berita itu belum pasti kebenarnya.”

Subiyanto                 :     “Kami sangat yakin bung, hamper seluruh pemuda Indonesia mendengar berita itu. Bukankah ini kesempatan yang sangat bagus untuk memproklamasikan kemerdekaan kita.”

Bung Hatta              :     “Kami berdua pun senang mendengar berita itu. Tapi, kita harus mempertimbangkan secara matang.”

Subadio                    :     “Kami barisan para pemuda ingin secepatnya kemerdekaan Indonesia. Di laksanakan, kami rindu kebebasan.”

Akhirnya setelah perdebatan yang cukup panjang Subadio dan Subiyanto pun meninggalkan Bung Karno dan Bung Hatta dengan rasa kesal. Bung Karno dan Bung Hatta tetap pada pendiriannya.

Malam harinya golongan muda revolusioner mengadakan rapat di gedung lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur  No. 13. yang di ketuai oleh Khairul Saleh. Mereka mengajak Soekarno-Hatta berunding untuk memproklamasikan kemerdekaan indonesia. Mereka tetap berpendirian bahwa kemerdekaan adalah hak dan urusan rakyat Indonesia sendiri. Dan hasil keputusan rapat tersebut disampaikan oleh Wikana, Chaerul Saleh, Sukarni dan Darwis kepada Bung Karno.(di Kediaman Bung Karno juga terdapat bung Hatta, Ahmad Subarjo, Dr. Buntaran, Dr. Sanusi dan Iwa Kusumasumantri)

Wikana            : ”Selamat malam Bung Karno?”

Sukarno           :”Ada maksud apa lagi anda kemari?”
Saleh               : ”Sekarang Bung, sekarang! malam ini juga kita kobarkan revolusi !”

Sukarni            :” Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami !”

Wikana            :” Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari !” (Wikana berteriak dengan nada mengancam)

Bung Karno             :     “Masih seperti kemarin, kami belum bisa melaksanakan kemerdekaan Indonesia.”

Wikana                     :     “Tapi Bung, kami para pemuda sudah yakin kita hrus secepatnya
memerdekakan bangsa kita.”

Bung Hatta              :     “Kami masih tetap pada pendirian kami.”

Wikana, Chaerul Saleh, Sukarni dan Darwis pun pergi meninggalkan Bung Hatta dan Bung Karno. Ketika golongan pergi dari rumah Bung Karno, Sukarno, Hatta, Ahmad Subarjo, Dr. Buntaran, Dr. Sanusi dan Iwa Kusumasumantri yang hadir malam itu melakukan perundingan.

Hatta                :”Usul dari golongan muda tetap kami tidak bisa terima, karena kurang perhitungan dan takut memakan banyak korban jiwa dan harta.”

Wikana, Chaerul Saleh, Sukarni dan Darwis langsung pergi ke Chikini untuk merapatkannya kembali dalam membahas tindakan-tindakan yang akan di buat sehubungan dengan penolakan Soekarno-Hatta sehabis dari kediaman Bung Karno. Pertemuan golongan muda yang masih di pimpin oleh Chairul Saleh. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Hasil pertemuan yang di adakan hampir tengah malam itu ialah bahwa bagaimanapun juga kemerdekaan harus di umumkan dan itu harus di laksanakan oleh Bangsa Indonesia sendiri, tidak seperti di rencanakan oleh Jepang. Orang yang tepat untuk melakukan tugas itu tidak lain adalah Sukarno-Hatta. Karena mereka menolak pemuda sepeti yng di usahaka Wikana dan Darwis, para pemuda memutuskan untuk membawa Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok.

Pada pukul 04.00 tanggal 16 Agustus 1945 dibawa ke Rengasdengklok.

Darwis                      :     “Bung . . . Bung . . .( sambil menepak bahunya, kemudian Bung Karno pun bangun dari tidunya )”.

Bung Karno             :     “Ada masalah apa kalian datang menemuiku malam-malam”.

Wikana                     :     “Maaf, kami mengganggu malam-malam tapi, ini sangat penting anda harus ikut kami sekarang”.

Bung Karno             :     “Kemana?”

Darwis                      :     “Jangan banyk bertanya ikut saja dengan kami sekarang”.
Sesampai di tempat tujuan Bung Karno kaget ternyata disana sudah banyak orang, dan Bung Hatta pun sudah berada di tempat.

Kemudian, pemuda di Jakarta pada tanggal 16 agustus mengadakan rapat kembali di lapangan bola kebun binatang yang di pimpin oleh Khairul Saleh.

Chairul                     :     “Kita sudah 3x membujuk Bung Karno dan Bung Hatta. Tapi, beliau tetap pada pendiriannya dengan alasan masih tidak meyakini itu kekalahan Jepang”.

Subiyanto                 :     “Jadi, kita harus bagaimana?”

Chairul                     :     “Bagaimana kalau kita mengadakan perlawanan terhadap tentara Jepang?”

Subiyanto                 :     “Ya, kita harus secepatnya memerdekakan bangsa kita, dan membebaskan bangsa kita dari penjajah”.

Chairul                     :     “Baiklah . . . kita adakan gerakan memukul terhadap pasukan Jepang di Jakarta”.

Jusup Kunto di kirim ke Jakarta untuk melaporkan pertemuannya dengan Bung Karno dan Bung Hatta.

Jusuf                         :     “Bung Karno dan Bung Hatta tetap tidak mau merdekakan bangsa kita secepatnya. Beliau masih tidak meyakini berita kekalahan Jepang”.

Chairul                     :     “Hmm. . . mungkin apabila kita mempunyai bukti tentang kebenaran itu Bung Karno dan Bung Hatta akan percaya dan mau memerdekakan Indonesia”.

Jusuf                         :     “Kalau begitu aku menugaskanmu Ahmad Soebardjo untuk mencari informasi itu”.

Ahmad                     :     “Baik, saya laksanakan”.

            Pagi hari tanggal 16-08 Ahmad di sibukkan mencari informasi kepastian tentang menyerahnya Jepang kepada sekutu. Tiba-tiba dia kaget akan hilangnya Soekarno dan Hatta.

Ahmad                     :     “Kemana perginya Soekarno dan Hatta ?” ( monolog )
                                    Aku yakin Wikana pasti mengetahui dimana Soekarno dan Hatta berada.

            Kemudian dia pergi ke rumh laksamana Maeda untuk menanyakan informasi tentang kekalahan Jepang setibanya di rumah laksamana Maeda.

Ahmad                     :     “Laksamana ada yang ingin saya Tanyakan”.

Laksamana               :     “Ada apa ?”

Ahmad                     :     “Apakah benar berita tentang Jepang betul-betul telah menyerah kepada sekutu ?”

Laksamana               :     “Ya, itu benar mereka menyerah setelah kota Hirosima dan Nagasaki di Bom atom oleh sekutu”.

            Setelah Ahmad mendengar pernyataan dari laksamana dia langsung pergi ke kantornya di Jl. Prapatan Gambir No:59 dan terkejut melihat ada Wikana di sana.

Ahmad                     :     “Wikana, apa kamu tahu soekarno dan Hatta di sembunyikan ?”

Wikana                     :     “Tidak ( dengan ragu )”.

Ahmad                     :     “Lalu di mana Soekarno dan Hatta sekarang ?”

Wikana                     :     “Aku tidak tahu.’

            Langsung melanjutkan pekerjannya, kemudian Wikana bertemu Jusuf Kunto dan Pandu Kartawiraguna.

Wikana                     :     “Bagaimana Bung Karno dan Bung Hatta”.

Jusuf                         :     “Masih tidak mau percaya tentang berita kekalahan Jepang.”

Tiba-tibanya datang Ahmad Subardjo.

Subardjo                   :     “Kalian harus yakin pada saya, kemerdekaan Indonesia akan segera terlaksana saya sudah punya bukti tentang kekalahan Jepang. Bawa Soekarno-Hatta ke Jakarta”.

Wikana                     :     “Tidak, kami tidak mau rencana yang sudah di rencanakan gagal”.
Subardjo                   :     “Kalian coba pikir, Soekarno-Hatta tidak mau memerdekakan bangsa kita karena tidak percaya tentang berita kekalahan Jepang. Saya sudah punya bukti yang jelas, tentang berita itu. Jadi, saya mohon kalian percayakan pada saya”.


Wikana                     :     “Baiklah, Soekarno dan Hatta kami sembunyikan di rengasdengklok”.
Adegan            : (Penjemputan Sukarno-Hatta oleh Ahmad Subarjo dan Sudiro untuk kembali ke Jakarta)

Sesampai di Jakarta Sukarno- Hatta bersama Laksamana Maeda menemui Mayjen Nishimura untuk berunding, tetapi Nishimura tidak mengizinkan proklamasi kemerdekaan. Kemudian mereka menuju rumah laksamana Tadashi Maeda di JL. Imam Bonjol No.1. Setelah pertemuan itu, Soekarno dan Hatta kembali ke rumah Laksamana Maeda. Di ruang makan rumah Laksamana Maeda itu dirumuskan teks proklamasi kemerdekaan. Maeda, sebagai tuan rumah, mengundurkan diri ke kamar tidurnya di lantai dua ketika peristiwa bersejarah itu berlangsung. Sukarno, Hatta dan Ahmad Subarjo merumuskan naskah proklamasi di ruang makan.

Maeda              : ”Silahkan pakai rumahku saja bung Karno, keamanan akan saya jamin.”

Sukarno            : ”Terima kasih, ruang mana yang bisa kami pakai ?”

Maeda              : ”Ruang makan dan serambi depan.”

Adegan             : (Sukarno, Hatta dan Achmad Subarjo duduk bertiga berhadapan dan membicarakan rumusan naskah proklamasi. Sukarno menuliskan rumusan tersebut ke selembar kertas)

Setelah selesai teks proklamasi tersebut dibacakan di serambi depan. Di hadapan peserta rapat dan golongan muda.

Sukarno            : “Keadaan yang mendesak telah memaksa kita semua mempercepat pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan. Rancangan teks telah siap dibacakan di hadapan saudara-saudara dan saya harapkan benar bahwa saudara-saudara sekalian dapat menyetujuinya sehingga kita dapat berjalan terus dan menyelesaikan pekerjaan kita sebelum fajar menyingsing“. Kepada siapa saja yang hadir di dalam rapat ini agar dapat menandatanganinya secara bersama.”

Sukarni             :”Saya kurang setuju, naskah proklamasi tersebut sebaiknya ditandatangani oleh Sukarno dan Hatta saja atas nama bangsa Indonesia.”

Sukarno            : ”Bagaimana hadirin?”

Hadirin menjawab serentak Setujuuuuuu.....!!!

Usul Sukarni ternyata disetujui oleh seluruh peserta rapat.

Sukarno            : ”Tolong ketikkan Sayuti!”

Sayuti Melik      :”baik.”(Sayuti Melik kemudian mengetiknya)

Setelah naskah proklamasi diketik oleh Sayuti Melik, kemudian Sukarno dan Hatta menandatangani naskah tersebut.

Adegan            : (Sukarno dan Hatta menandatangani naskah tersebut secara bergantian)

Teks yang telah di ketik dan ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta itulah yang disebut Naskah proklamasi yang autentik dan resmi. Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia semula direncakan akan di laksanakan dilapangan IKADA tetapi di alihkan ke tempat kediaman Ir.Soekarno di jalan pegangsaan timur no. 56 jakarta. Hal ini di karena di lapangan IKADA sudah berkumpul pasukan jepang bersenjata lengkap sehingga di khawatirkan akan terjadi bentrokan mulai di lakukan wali kota Jakarta Suwiryo memerintahkan Wilopo untuk mempersiapkan mikropon dan pengeras suara.
Suwiryo                    :     “Wilopo, tolong persiapan dan pengeras suara untuk memproklamasikan kemerdekaan !”

Wilopo                     :     “Baiklah . . .Saya akan Menyiapkannya.”

Sedangkan S. Suhud menyiapkan tiang bendera yang berbuat dari bambu dan yang diberi tali. Bendera merah putih di jahit tangan oleh fatmawati telah di persiapkan. Menjelang pukul 10.00 WIB para tokoh pergerakan nasional mulai berdatangan ke kediaman Ir.Soekarno tersebut mereka antara lain Buntaran Martoat Mojo, Mr. AA. Maramis, Mr. Latuharhary, Abiskuno Tjokrosuyuse, AnwarTjokroaminoto, Harsono Tjokroaminoto, Otto Iskandar Dinata, Ki Hajar Dewantara, Samratulangi, KH.Mas Mansur, Mr.Sarto, Syuti Melik, Pandu Kartawiraguna, M.tabrani, serta A.G pring kodigdo. Lima menit sebelum pembacaan teks proklamasi dilaksanakan. Bung Karno datang langsung menuju kamar Bung Karno.

Bung Hatta              :     “Pak, semuannya telah siap mari kita segera membacakan teks proklamasi !”

Ir.Soekarno              :     “Baiklah, Bismilahirohmanirrohim.”
pada hari jum’at tanggal 17 agustus 1945 pukul 10.00 WIB kedua pemimpin tersebut kemudian menuju tempat yang telah di sediakan. Upacara berlangsung tanpa protocol, para pemuda yang telah menunggu sejak pagi telah berdiri tegak, demikian pula para hadirin, suasana sangat hening dan khidmat Ir.Soekarno mendekati mikrofon dan dengan suara yang mantap mengucapkan pidato pendahuluan sebagai berikut.

Ir.Soekarno              :     “Saudara-saudara sekalian, saya telah meminta saudara-saudara hadir, disini untuk menyaksikan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah bangsa kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun. Gelombang aksi kita untuk mencapai kemerdekaan itu ada naiknya dan ada turunnya, tetapi jiwa kita tetap menuju kea rah cita-cita. Juga di zaman jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak ada henti-hentinya.
                                     
Di dalam zaman jepang ini, tampaknya kita menyadarkan diri kepada mereka, tetapi pada hakikatnya kita tetap menyusun tenaga kita sendiri, tetapi kita percaya pada kekuatan senidiri. Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air kita dalam tangan kita sendiri.

Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangannya sendirikan dapat berdiri dengan kuatnya, maka kami tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-muka rakyat Indonesia. Permusyawaratan itu telah seia sekata berpendapat bahwa sekaranglah datang waktunya untuk menyatakan kemeerdekaan kita.

Saudara-saudara ! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekat itu. Dengarkanlah proklamasi kami.
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain di selenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta hari 17 bulan 08 tahun 05
                                                                                    Atas nama bangsa Indonesia

                                                                                                Soekarno Hatta

Demikianlah saudara-saudara ! Kita sekarang telah merdeka ! Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita. Mulai saat ini kita menyusun Negara kita. Negara merdeka, Negara Republik Indonesia MERDEKA. Kekal, dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita ini.

Setelah teks  proklamasi selesai di bacakan kemudian di kibarkan bendera sang saka merah putih oleh Suhud dan di Bantu oleh Shodanco latief Hendraningrat. Ketika bendera merah putih di kibarkan, secara spontan para hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya ciptaan W.R. Supratman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar